Mengenai Saya

selamat datang di blog materi kuliah kesehattan lingkungan,, blog ini berisi tentang materi-materi kuliah yang ada di jurusan kesehatan lingkungan dan bertujuan mempermudah mahasiswa kesehatan lingkungan dalam mencari materi-materi kuliah. semoga blog ini bermanfaat bagi yang membaca, khususnya bagi mahasiswa kesehatan lingkungan sendiri..

Senin, 27 Desember 2010

environment chemistry

EVAPORASI / TRANSPIRASI - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.

INFILTRASI / PERKOLASI KE DALAM TANAH - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.

AIR PERMUKAAN - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Siklus Hidrologi:
adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda

Evaporasi (penguapan)

Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir.
Sekitar 95.000 mil kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya. Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 mil kubik berasal dari daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang paling penting juga berasal dari tranpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses semuanya itu disebut Evapotranspirasi.

Kondensasi (pengembunan)

Ketika uap air mengembang, mendingin dan kemudian berkondensasi, biasanya pada partikel-partikel debu kecil di udara. Ketika kondensasi terjadi dapat berubah menjadi cair kembali atau langsung berubah menjadi padat (es, salju, hujan batu (hail)). Partikel-partikel air ini kemudian berkumpul dan membentuk awan.

Presipitasi

Presipitasi pada pembentukan hujan, salju dan hujan batu (hail) yang berasal dari kumpulan awan. Awan-awan tersebut bergerak mengelilingi dunia, yang diatur oleh arus udara. Sebagai contoh, ketika awan-awan tersebut bergerak menuju pegunungan, awan-awan tersebut menjadi dingin, dan kemudian segera menjadi jenuh air yang kemudian air tersebut jatuh sebagai hujan, salju, dan hujan batu (hail), tergantung pada suhu udara sekitarnya

Transpirasi
(penguapan dari tanaman)

Uap air juga dikeluarkan dari daun-daun tanaman melalui sebuah proses yang dinamakan transpirasi. Setiap hari tanaman yang tumbuh secara aktif melepaskan uap air 5 sampai 10 kali sebanyak air yang dapat ditahan.


WATER IMPURITIES

- Siklus Air : Evaporasi ( Penguapan), Condensasi (Pengembunan), Rain Falls, Flow along the surface (transportasi)
- Sebelum mencapai permukaan tanah : air hujan dapat melarutkan gas & soluble matter serta mengabsorbsi insoluble matter di atmosphere.
- Air bisa mengandung O2, CO2, gas- gas buangan industri seperti sulfur, nitrogen oksida dll.
- Air Sadah, mengapa bisa terjadi ?
- Bahayakah impurities dalam air?

Senyawa Anorganik Yang Umum ada dalam air :

1. Calcium bicarbonate (Ca(HCO3)2)
2. Magnesium bicarbonate (Mg(HCO3)2)
3. Sodium bicarbonate (NaHCO3)
4. Ferrous bicarbonate (Fe(HCO3)2)
5. Manganous bicarbonate (Mn(HCO3)2)
6. Calcium chloride (CaCl2)
7. Magnesium chloride (MgCl2)
8. Sodium chloride (NaCl)
9. Calcium sulfate (CaSO4)
10.Silica (SiO2)

Beberapa Parameter Air ( mengekspresikan kandungan impurities dalam air)

- pH (expresses acid or base)
- Total Dissolved Solid (TDS), menunjukkan jumlah senyawa anorganik yang sifatnya larut dalam air. Senyawa organik tidak diperhatikan. Satuannya : ppm atau mg/lt
- Total Solid, menunjukkan jumlah senyawa yang terlarut maupun tidak terlarut dalam air. Satuannya : ppm atau mg/lt
- Conductivity, menunjukkan berapa besar ion dissolved solid (padatan terlarut) dalam menghantarkan listrik. Conductivity dapat dipakai untuk memperkirakan konsentrasi TDS dalam air.

bahan organik, apa itu??(sebagai referensi)

Mengenal Bahan Organik Lebih Jauh..!!

Kata “bahan Organik” atau biasanya disingkat dengan kata BO sering kita dengar bahkan ucapkan dalam kaitannya dengan masalah kehutanan. Bahan organik sendiri merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
Adapun sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.
Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan organik.
  Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.
Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami serangan-serangan jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya. Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus. Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan tanah atas. Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah yang kurang lebih stabil, sisa dari sebagian besar residu tanaman terdekomposisi.  Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk inilah bahan organik banyak terakumulasi dalam tanah. Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap durabilitas dan kesuburan tanah. Humuslah yang aktif dan bersifat menyerupai liat, yaitu bermuatan negatif. Tetapi tidak seperti liat yang kebanyakan kristalin, humus selalu amorf (tidak beraturan bentuknya).

Pengaruh Bahan Organik Terhadap Produksi Tanaman

Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono, 1983).

Bahan tersebut dapat berupa pupuk organik, yang proses perubahannya dapat terjadi secara alami atau buatan. Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang sangat baik. dan merupakan sumber dari unsur hara tumbuhan. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah. Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman sepert akar, batang, daun yang gugur, yang dikembalikan ke tanah. 5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Fungsi: bahan organik adalah:
1.Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah.
2.Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain.
3.Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
4.Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara (Kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi).
5.Sumber energi bagi mikroorganisme.

Bahan organik tidak mutlak dibutuhkan di dalam nutrisi tanaman, tetapi untuk nutrisi tanaman yang efisien, peranannya tidak boleh ditawar lagi. Sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah. Mereka memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P dan S untuk tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya.
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Hewan-hewan tanah tergantung pada bahan organik untuk makanan dan mendukung kondisi fisik yang diinginkan dengan mencampur tanah membentuk alur-alur. Sejak perang dunia ke dua, terdapat suatu peningkatan yang besar hasil tanaman pada beberapa negara. Hasil tanaman yang lebih besar terutama dimana hanya biji-bijian saja yang dipanen, sisa - sisa tanamna lebih banyak dikembalikan ke lahan dan disini lebih banyak penutupan oleh tanaman selama musim pertumbuhan.
Perlu dipelajari juga faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan nitrogen tanah, faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke bawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di lapisan atas. Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin, kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan organik dan N bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata turun 100C. bila kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga bertambah. Hal itu menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah. Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar bahan organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis. Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim et al, 1986).
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Fisika Tanah
Meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Hal ini dapat dikaitkan dengan sifat polaritas air yang bermuatan negatif dan positif yang selanjutnya berkaitan dengan partikel tanah dan bahan organik. Air tanah mempengaruhi mikroorganisme tanah dan tanaman di atasnya. Kadar air optimal bagi tanaman dan mikroorganisme adalah 0,5 bar/ atmosfer. Salah satu peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah. Menurut Arsyad (1989) peranan bahan organik dalam pembentukan agregat yang stabil terjadi karena mudahnya tanah membentuk kompleks dengan bahan organik. Hai ini berlangsung melaluime kanisme : Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah, diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Miselia atau hifa cendawan tersebut mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat, sedangkan bakteri berfungsi seperti semen yang menyatukan agregat. Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan aktinomisetes. Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat dapat terjadi dalam tanah. Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian pada senyawa organik yang berbentuk rantai panjang. Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian negatif liat dengan bagian negatif (karbosil) dari senyawa organik dengan perantara basa dan ikatan hidrogen. Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian negatif liat dan bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai polimer.
Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Kimia Tanah
Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation (KTK). Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) tanah berasal dari bahan organik. Bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation dua sampai tiga puluh kali lebih besar daripada koloid mineral yang meliputi 30 sampai 90% dari tenaga jerap suatu tanah mineral. Peningkatan KTK akibat penambahan bahan organik dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik) yang mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air yang diberikan di dalam tanah. Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali. Berbeda dengan pupuk komersil dimana biasanya ditambahkan dalam jumlah yang banyak karena sangat larut air sehingga pada periode hujan terjadi kehilangan yang sangat tinggi, nutrien yang tersimpan dalam residu organik tidak larut dalam air sehingga dilepaskan oleh proses mikrobiologis. Kehilangan karena pencucian tidak seserius seperti yang terjadi pada pupuk komersil. Sebagai hasilnya kandungan nitrogen tersedia stabil pada level intermediet dan mengurangi bahaya kekurangan dan kelebihan. Bahan organik berperan sebagai penambah hara N, P, K bagi tanaman dari hasil mineralisasi oleh mikroorganisme. Mineralisasi merupakan lawan kata dari immobilisasi. Mineralisasi merupakan transformasi oleh mikroorganisme dari sebuah unsur pada bahan organik menjadi anorganik, seperti nitrogen pada protein menjadi amonium atau nitrit. Melalui mineralisasi, unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman.

Meningkatkan kation yang mudah dipertukarkan dan pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus. Bahan organik dapat menjaga keberlangsungan suplai dan ketersediaan hara dengan adanya kation yang mudah dipertukarkan. Nitrogen, fosfor dan belerang diikat dalam bentuk organik dan asam humus hasil dekomposisi bahan organik akan mengekstraksi unsur hara dari batuan mineral. Mempengaruhi kemasaman atau pH. Penambahan bahan organik dapat meningkatkan atau malah menurunkan pH tanah, hal ini bergantung pada jenis tanah dan bahan organik yang ditambahkan. Penurunan pH tanah akibat penambahan bahan organik dapat terjadi karena dekomposisi bahan organik yang banyak menghasilkan asam-asam dominan. Sedangkan kenaikan pH akibat penambahan bahan organik yang terjadi pada tanah masam dimana kandungan aluminium tanah tinggi , terjadi karena bahan organik mengikat Al sebagai senyawa kompleks sehingga tidak terhidrolisis lagi .
Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam kaitannya dengan dekomposisi bahan organik, karena pada proses ini terjadi perubahan terhadap komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses yang terjadi dalam dekomposisi yaitu perombakan sisa tanaman atau hewan oleh miroorganisme tanah atau enzim-enzim lainnya, peningkatan biomassa organisme, dan akumulasi serta pelepasan akhir. Akumulasi residu tanaman dan hewan sebagai bahan organik dalam tanah antara lain terdiri dari karbohidrat, lignin, tanin, lemak, minyak, lilin, resin, senyawa N, pigmen dan mineral, sehingga hal ini dapat menambahkan unsur-unsur hara dalam tanah.
Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Biologi Tanah
Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat. Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh.

Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik meningkat. Bahan organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut. Dekomposisi berarti perombakan yang dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme (unsur biologi dalam tanah) dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus. Makin banyak bahan organik maka makin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah.

Peranan Bahan Organik Bagi Tanaman

Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.
Setelah mengetahui uraian mengenai bahan organik diharapkan menambah pengetahuan untuk berbagai pihak akan arti penting bahan organik sehingga diharapkan dengan rekayasa-rekayasa tentang bahan organik dapat ikut berpartisipasi untuk meningkatkan produktivitas lahan.

Oleh :
Taufik Ansori
05/187101/KT/05776

kimia organik

KIMIA ORGANIK

- Nama senyawa organik berasal dari kata organisme atau makhluk hidup, karena pada mulanya diduga hanya dapat dibuat oleh organis .
- Pada tahun 1828, Friedrich Wholer berhasil mensintesis urea (senyawa organik) dengan memanaskan amonium sianat (senyawa anorganik).
- Kimia organik adala kimia senyawa‑senyawa karbon.
- Ruang lingkup definisi ini meluas tidak hanya meliputi senyawa‑senyawa alam, tetapi termasuk senyawa sintesis‑yaitu senyawaan yang dibuat di laboratorium
- Sampai kini telah diketahui sekitar enam juta senyawa organik, sedangkan senyawa anorganik sekitar 50.000.

SENYAWA ORGANIK

- Senyawa organik selalu mengandung paling kurang satu atom karbon, tetapi kebanyakan berisi beberapa atom karbon yang saling berikatan satu sama lain.
- Kemudian ada ahli yang menganggap nama senyawa organik kurang tepat, dan mengusulkan gantinya senyawa karbon.
- Salah satu sifat khas senyawa organik mempunyai rumus dan struktur molekul yang beraneka ragam, bergantung pada jumlah atom karbonnya.
- Senyawa organik adalah senyawa yang strukturnya terutama ditentukan oleh atom karbon yang saling berikatan.
- Setiap senyawa ini selalu mengandung karbon sebagai unsur utamanya.

SENYAWA HIDROKARBON

- Senyawa hidrokarbon, yaitu senyawa yang mengandung hidrogen dan karbon.
- Senyawa hidrokarbon kurang (tidak) reakfif, tetapi akan reaktif bila satu atom hidrogen (atau lebih) diganti dengan gugus fungsional.
- Gugus fungsional adalah atom atau kelompok atom yang reaktif.

SENYAWA ORGANIK SINTESIS

- Sintesis biasanya terdiri dari penggabungan kepingan kecil dan sederhana menjadi molekul besar yang kompleks.
- Untuk membuat sebuah molekul yang mengandung banyak atom dari molekul‑molekul yang mengandung atom lebili sedikit, perlu diketahui bagaimana membuat atau memecah ikatan kimia.
- Ikatan kimia dibuat dan dipecah melalui reaksi‑reaksi kimia

RUMUS SENYAWA ORGANIK

- Senyawa organik paling sederhana dari karbon dan hidrogen yakni hidrokarbon.
- Hidrokarbon yang paling sederhana yaitu metana.
- Menyatakan senyawa organik tidak cukup dengan rumus empiris dan rumus molekulnya saja, tetapi rumus strukturnya perlu dinyatakan karena :
Rantai karbon ada yang lurus, bercabang dan melingkar
Ada yang berikatan tunggal, ada rangkap dua dan tiga.
Letak cabang dan ikatan rangkap tidak dapat dilihat dari rumus molekulnya saja.
CH2=CH-CH2-CH3 1-butena
CH3-CH=CH-CH3 2-butena

HIDROKARBON

1. Hidrokarbon alifatik
Adalah senyawa hidrokarbon yang tidak mengandung inti benzena, baik dalam baik yang berantai lurus , bercabang maupun yang siklik.
2. Hidrokarbon alifatik yang tidak mengandung ikatan rangkap disebut hidrokarbon jenuh ( alkana ) dan yang mengandung ikatan rangkap disebut hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna ).
3. Hidrokarbon aromatik
Adalah rantai enam karbon yang melingkar tetapi stabil.
Hidrokarbon siklik disebut sikloheksana.

GUGUS FUNGSIONAL

Alkil halida
Senyawa organik yang mengandung secara umum disebut organohalogen, tetapi bila mengandung satu halogen dan satu alkil disebut alkil halida (RX).
Contoh :
CH3F fluorometana
CH3-CH2-CH2Cl 1-kloropropana
CHCl3 kloroform
CCL3F freon 11

Alkohol
Senyawa yang mempunyai gugus (hidroksil) yang terikat pada atom karbon.
Contoh :
CH3OH metanol
CH3-CH2-CH2-CH2OH propil alkohol

Eter
Eter dapat dianggap turunan air dengan mengganti kedua H nya dengan alkil, R-O-R’
Contoh :
CH3-O-CH3 dimetil eter
C2H5-O-CH3 etil metil eter

Alkohol
Senyawa yang mempunyai gugus (hidroksil) yang terikat pada atom karbon.
Contoh :
CH3OH metanol
CH3-CH2-CH2-CH2OH propil alkohol

kimia analisa

KIMIA ANALISA

1. Analisis makro contoh padat 0,5 – 1 gram dan contoh larutan + 10 ml
2. Analisis semimikro contoh padat sekitar 50 mg dan contoh larutan volume sebesar 1 ml,
3. Analisis mikro contoh sample lebih kecil lagi yaitu 5mg dan 0,1 ml.

ANALISIS KUALITATIF

Analisis kualitatif 2 macam uji yaitu
Uji kering
Uji basah

REAKSI KERING

1. Pemanasan
2. Uji pipa tiup.
3. Uji nyala.
4. Uji spektroskopi
5. Uji manik borak.
6. Uji manik fosfat.
7. Uji manik natrium karbonat.

REAKSI BASAH

1. Terbentuknya endapan
2. Pembebasan gas
3. Perubahan warna

REAKSI KATION

1. Klasifikasi kation ( ion logam ) kedalam golongan analitis.
Sistematik kation-kation diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia.
2. Klasifikasi ini berdasarkan atas reaksi kation dengan reagensia kation membentuk endapan apa tidak.

REAKSI ANION

Metode yang tersedia untuk mendeteksi tidak sistimatik seperti kation.
Pada umumnya dibagi menjadi
1. Kelas A yaitu proses melibatkan identifikasi zat yang mudah menguap
2. Kelas B yaitu proses yang tergantung reaksi dalam larutan.

KIMIA ANALITIK KUANTITATIF

1. Analisis Gravimetri
2. Analisis Titrimeri
3. Analisis Spektrofotometri

GRAVIMETRI

1. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu.
2. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan berbagai metode antara lain
- metode pengendapan
- metode penguapan
- metode elektro analisis.

TITRIMETRI

- Titrimetri adalah suatu cara analisis kwantitatif dari reaksi kimia.
- Zat yang akan ditentukan kadarnya, direaksikan dengan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya, sampai tercapai suatu titik equivalen sehingga konsentrasi zat yang kita cari dapat dihitung.
- Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut larutan standard.
- Larutan standard diteteskan dari buret ( disebut juga titran ) kedalam erlenmeyer yang berisi zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai.
- Titik akhir teoritis yaitu titik dimana reaksi telah selesai.
( Stoichiometri end-point ).
- Selesainya reaksi dapat dilihat karena adanya perubahan warna.
- Perubahan warna karena larutan standarnya sendiri misal KMnO4 atau karena penambahan reagensia pembantu yang disebut dengan indikator.
- Titik akhir titrasi yaitu titik dimana terjadi perubahan warna indikator.
- Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis.

PENGOLONGAN

1. Reaksi pembentukan komplek.
2. Reaksi pengendapan.
3. Reaksi penetralan atau asidi-alkalimetri.
4. Reaksi oksidasi reduksi.
- Oksidimetri.
a. Permanganometri
b. Kromatografi
- Jodo / jodimetri

LARUTAN STANDAR

1. Adalah larutan yang mengandung berat tertentu suatu reagen dalam volume tertentu larutan.
2. Larutan molar ( M ) : larutan yang mengandung 1 mole reagen per liter larutan.
3. Larutan normal ( N ): larutan yang mengandung 1 gramekuivalen reagen per liter larutan.

PERHITUNGAN DALAM VOLUMETRI

1. Jumlah grek dari zat yang ditritasi = jumlah grek zat penetrasi.
2. Grek = normalitas x liter.
3. Mgrek = normalitas x ml.
4. Rumus : V1 x N1 = V2 x N2.
V1 = volume zat penetrasi.
V2 = volume zat yang ditrasi.
N1 = titer ( normalitas zat penetrasi ).
N2 = titer ( normalitas zat yang dititrasi ).















Minggu, 26 Desember 2010

ekologi mikroba (referensi tugas)

EKOLOGI MIKROBA

Ekologi mikroba adalah Ilmu yang mempelajari tentang timbal balik antara mikroba dan lingkungan hidupnya.
Satuan dasar ekologi adalah ekosistem. Sistem ini mencapai komponen-komponen biotik maupun abiotik. Komponen biotik adalah masyarakat kehidupan organisme atau biozonose. Komponen abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia.
Ekosistem dalam ekologi mikroba dapat berupa system mikro dan system makro. Secara umum setiap system memiliki ciri-ciri yaitu adanya dinamika populasi, keanekaragaman, mekanisme adaptasi dan adanya hubungan antarorganisme yang ada di dalam system tersebut. Contohnya yaitu tanah sebagai suatu sistem, memiliki anggota komunitas yang tersusun dari berbagai populasi mikroba yaitu bakteri, Actinomycetes, virus, khamir dan protozoa. Macam dan jumlah mikroba tanah tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor jenis tumbuhan, pH, temperatur, curah hujan, macam tanah dan kelembaban tanah.
Menurut Winigradsky ada 2 kategori mikroorganisme yang ditemukan dalam ekosistem mikroorganisme otokhton dan alokhton. Mikroorganisme otokhton asli ada atau selalu ada dalam ekosistem tertentu. Bakteri otokhton selalu dapat ditemukan dalam tanah, tidak tergantung apakah zat makanan tertentu dipasok dari luar atau tidak. Keberadaannya didasarkan atas penambahan zat-zat makanan yang sedikit banyak tetap yang khas untuk ekosistemnya. Dengan mikroorganisme alokhton atau zimogen dimaksudkan mikroorganisme yang keberadaannya tergantung dari peningkatan kadar zat makanan yang kadang-kadang terjadi atau dari adanya zat-zat makanan tertentu. Bakteri-bakteri ini boleh dikatakan asing di dalam ekosistem, dan terdapat hanya untuk sementara waktu atau bertahan dalam bentuk stadium istirahat.
Habitat ekologi adalah tempat atau lokasi yang pada keadaan normal dihuni oleh organisme tertentu (individu atau populasi). Di dalam ekosistem tertentu suatu mikroorganisme pada umunya hanya mempunyai satu habitat. Tetapi suatu mikroorganisme dapat mempunyai beberapa habitat, masing-masing habitat di dalam ekosistem yang berlainan. Sebagai contoh Rhizobium tumbuh baik di dalam tanah maupun di dalam tumbuhan, bakteri metanogen mempunyai habitat di sedimen danau, dalam perut besar dan di dalam menara pembusukan sebuah instalasi pembersihan.
Komunitas mikroba merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara mikroba dengan lingkungannya, baik unsur hidup maupun unsur tak hidup. Contohnya yaitu Rhizobium. Rhizobium mendapatkan nitrogen dari tanah dan tanah menjadi subur.
Relung ekologi mikroba berlainan dengan habitat, relung ekologi ini tidak berhubungan dengan lokasi dalam ruangan, tetapi berhubungan dengan fungsi suatu organisme atau suatu populasi. Pada relung ini masing-masing jenis atau populasi memenuhi fungsi tertentu, yang ditentukan oleh kebutuhannya akan bahan makanan fisiologik, sifat-sifat kinetik, kemampuan biokimia, keistimewaan-keistimewaan structural dan toleransinya terhadap kondisi-kondisi lingkungan. Hal ini dapat diperjelas dengan contoh: di dala perut besar hanya bakteri-bakteri selulotik tertentu saja yang sanggup mempertahankan diri dan memecahkan selulosa, selulosa dipecahkan secara anaerob dan energi diperoleh dengan peragian. Lebih lanjut suhu dalam usus besar harus sedemikian sehingga keberadaan asam lemak, enzim, ammonium, gas, dan produk lain dapat ditoleransi. Akhirnya harus diusahakan ada pembuangan berlanjut dari produk-produk peragian, misalnya hydrogen. Untuk dapat berfungsi dalam ekosistem tertentu harus mempunyai kemampuan dan toleransi yang besar.
Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai
berikut:
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang
diperlukan mikroba untuk hidup. Namun, juga ada mikroba yang hanya
dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
b. Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari
menentukan suhu.
c. Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam
pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan
manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain,
misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi
unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai
pelarut dan pelapuk.
d. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda
menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga
menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama
tumbuhan.
e. Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat
tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi
fisik dan kimia yang berbeda.
f. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam
penyebaran biji tumbuhan tertentu.
g. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda
pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan
distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup
pada garis lintang tertentu saja. Dilihat dari luasnya, maka ekosistem mikroorganisme amat berbeda-beda. Misalnya suatu ekosistem dapat mencakup sebuah kolam, sebuah danau atau daerah akar tumbuhan. Dalam hubungan dengan ekosistem, juga kerap digunakan pengertian lingkungan. Lingkungan menyangkut hubungan-hubungan organisme tertentu (populasi tertentu) dengan komponen-komponen biotik dan abiotik ekosistem sekitarnya.

Sabtu, 27 November 2010

BENTUK-BENTUK PENYAMPAIAN GAGASAN
Drs. Darsono, M.Si.

Apa
gagasan itu?


Gagasan pada dasarnya adalah pesan dalam dunia batin seseorang yang hendak disampaikan kepada orang lain.

Gagasan itu bisa berupa pengetahuan, pengamatan, pendapat, renungan, pendirian, keinginan, emosi, dll.

Bagaimana menyampaikannya?
Secara tertulis, terdapat lima bentuk utama penyampaian gagasan, yaitu narasi (penceritaan), deskripsi (pelukisan), eksposisi (pemaparan), argumentasi (pembahasan), dan persuasi.

Hal ini sejalan dengan bentuk-bentuk paragraf (yang sudah dibicarakan).

Bentuk
1. Narasi/Penceritaan
2. Deskripsi/pelukisan/penggambaran
3. Eksposisi/Pemaparan
4. Argumentasi/Pembahasan
5. Persuasi

Tulisan/karangan deskripsi adalah bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra pengarangnya.

Tulisan/karangan deskripsi ini bermaksud menyampaikan kesan mengenai sesuatu, dengan sifat dan gerak-geriknya atau dengan segala karakteristiknya kepada pembaca.

Bagaimana caranya?
Melatih diri mengamati sesuatu (mengadakan pengamatan secara cermat).
Melakukan pencermatan terhadap hal-hal yang besar sampai hal-hal yang sekecil-kecilnya (rinci/detail)
Membahasakannya secara cemat, rinci, dan hidup.

“Jadi, ada hal penting: (1) kecermatan pengamatan, (2) kesanggupan berbahasa, (3) kemampuan memilih rincian khusus yang menunjang ketepatan.”

Macam-macam deskripsi:
Deskripsi orang (keadaan fisik, keadaan sekitar, watak atau perbuatan, dan gagasan-gagasannya)
Deskripsi tempat (dengan urutan rruang atau urutan kepentingannya)

Tulisan/karangan narasi adalah bentuk karangan yang menyampaikan rangkaian peristiwa berdasarkan urutan kejadiannya (secara kronologis).

Tulisan/karangan narasi ini bermaksud memberikan arti kepada sebuah atau serentetan peristiwa sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita yang disampaikan penulis.

TUJUAN
MEMBUAT NARASI:


INFORMASIONAL/
EKSPOSITORI:
Memberikan informasi atau
wawasan kepada pembaca
(mengutamakan rasio)

ESTETIS/SUGESTIF:
Memberikan pengalaman
estetis/keindahan
(mengutamakan emosi)

Komponen Narasi:
Alur (plot): rangkaian kejadian
Penokohan: orang, hewan, atau benda tertentu yang menggerakkan cerita
Latar (setting): tempat atau suasana kejadian
Sudut pandang (point of view): yang menceritakan peristiwa

EKSPOSISI
Merupakan karangan/tulisan yang bertujuan utama untuk memberitahukan, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu.
Masalah yang dikomunikasikan (terutama) adalah informasi.

Hal atau sesuatu yang dikomunikasikan itu bisa berupa:
Data faktual, yaitu sesuatu yang memang terjadi atau sebuah proses, seperti cara bekerjanya mesin.
Suatu analisis atau interpretasi objektif terhadap sebuah fakta

Pemaparan atas fakta atau analisis dan interpretasi terhadap fakta tersebut hanya bersifat informatif, bukan mendesak atau memaksa pembaca untuk menerima atau menolak pandangan yang disampaikan penulis.

EKSPOSISI ITU:

Bisa pendek dan sederhana, seperti petunjuk pemakaian obat
Bisa panjang dan rumit, seperti pemaparan sebuah konsep atau teori

Untuk memperjelas eksposisi yang kita buat, bisa disertakan pula gambar, denah, peta, data statistik (angka-angka), dll. Kutipan tentang pendapat seseorang juga bisa digunakan untuk memperjelas eksposisi yang kita buat.

Teknik Pengembangan Eksposisi

Teknik Identifikasi: dengan menyebutkan ciri-ciri atau unsur yang membentuk suatu hal atau objek sehingga pembaca dapat mengenali dengan jelas objek yang dijelaskan. Misalnya, kandungan vitamin yang terdapat dalam suatu produk.

Teknik Perbandingan: membandingkan hal yang dijelaskan dengan hal lain, baik kesamaannya maupun kebedaannya. Perbandingan bisa dilakukan dengan:
1. perbandingan langsung
2. analogi
3. perbandingan kemungkinan

Teknik Ilustrasi: dengan memberikan contoh nyata, baik atas pengertian yang konkret maupun yang abstrak.
Teknik Klasifikasi: dengan memberikan penggolongan-penggolongan berdasarkan kriteria tertentu
Teknik Definisi: dengan memberikan batasan terhadap sesuatu yang dijelaskan. Ada beberapa macam definisi:
1. Sinonim
2. Definisi formal

Definisi luas
Teknik Analisis: dengan cara memecah-mecah suatu pokok persoalan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil secara logis. Bentuknya bisa:
1. Analisis proses
2. Analisis sebab-akibat
3. Analisis bagian
4. Analisis fungsional

ARGUMENTASI
Argumentasi merupakan tulisan yang berupa paparan alasan dan sitesis pendapat untuk membangun sebuah simpulan.
Tujuan argumentasi ialah memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak pendapat, pendirian, atau gagasan. Dengan demikian, argumentasi perlu ditulis secara meyakinkan dengan alasan, bukti, dan analisis yang kuat sehingga bisa mempengaruhi pembaca.
Pemaparan bukti dilakukan secara logis-rasional.

Teknik Pengembangan Argumentasi
Teknik Induksi: dilakukan dengan mengemukakan bukti-bukti (contoh, fakta, pengalaman, laporan, data statistik, dll.) kemudian ditarik simpulan umum atas topik yang dibahas.
Teknik Deduksi: dilakukan dengan mengemukakan pernyataan/simpulan umum, kemudian diperkuat dengan bukti-bukti yang relevan (pernyataan khusus). Silogisme merupakan cara penalaran yang bersifat deduktif.

PERSUASI
Persuasi merupakan tulisan yang berupa paparan untuk mempengaruhi dan membujuk pembaca. (persuasion diturunkan dari to persuade yang berarti membujuk atau meyakinkan)
Secara eksplisit maupun implisit, tulisan persuasi memiliki daya-bujuk, daya-himbau, dan daya-bangkit yang tinggi sehingga mampu membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan mengikuti himbauan yang dilontarkan penulis.
Bila argumentasi lebih mementingkan logika, maka persuasi melibatkan logika dan perasaan (emosi).
Oleh karena itu, tulisan persuasi menghendaki penyikapanlogika dan emosional, bukan hanya penyikapan logika sebagaimana yang dituntut dalam tulisan argumentasi.

Tulisan persuasi lebih banyak dipakai dalam:
. Dunia politik
. Dunia advertensi
. Dunia propaganda

Alat Pengembangan Persuasi
Bahasa: bahasa yang luwes memungkinkan orang untuk menciptakan citra yang kuat. Bahasa yang provokatif biasanya digunakan dalam persuasi.
Nada: nada pembicaraan digunakan sesuai dengan respons yang dikehendaki, misalnya nada sedih, takut, bangga, kagum, dll.
Detail: uraian tentang bagian-bagian yang kecil dan rinci
Organisasi: pengaturan detail sehingga “mampu mengubah keyakinan dan pandangan”.
Kewenangan: otoritas menjadi penting untuk menciptakan “penerimaan” dan “kesadaran” pada pembaca.

MENULIS ITU SEBUAT KETERAMPILAN

TIDAK BISA DITUNGGU KAPAN DIA DATANG

LATIHAN MENJADI KEWAJIBAN

paragraf

PARAGRAF DAN PENGEMBANGANNYA
Oleh: Drs. Darsono, M.Si.

Paragraf/alinea, bisa dipandang sebagai:
. Satuan pikiran yang kecil (paragraf terdiri atas pikiran-pikiran kecil yang menyatu)
. Rangkaian kalimat yang teratur (pargaraf terdiri atas beberapa kalimat yang dirangkai secara teratur)
. Miniatur sebuah karangan (penyusunan paragraf hampir sama dengan penyusunan karangan)

Dengan kata lain, paragraf merupakan
. Seperangkat kalimat
. Tersusun secara logis-sistematis
. Merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan
. Koherens
. Kohesif

Paragraf yang baik hendaknya memenuhi syarat:
. Kesatuan (kohesi)
. Kepaduan (koherensi)
. Kelengkapan (completely)

Kesatuan mengacu pada pengertian bahwa dalam satu paragraf hanya terdapat satu ide/gagasan pokok (ditambah dengan ide/gagasan penjelas/pendukung). Pengembangan ide pokok dengan ide penjelas itu harus membentuk kesatuan makna. Paragraf yang memenuhi syarat ini disebut paragraf yang kohesif.

Kepaduan berarti bahwa kalimat-kalimat yang terdapat dalam paragraf itu (hendaknya) saling berhubungan, baik yang berhubungan secara eksplisit (yang dihubungkan dengan preposisi tertentu) atau secara implisit (berhubungan makna) sehingga paragraf itu menjadi koherens.

Kelengkapan mengandung pengertian bahwa pengembangan paragraf (pengembangan ide pokok dengan ide-ide penjelas) harus dilakukan secara lengkap/utuh, tidak ada yang kurang/hilang, sehingga tidak menimbulkan pertanyaan. Ide-ide yang tertuang dalam paragraf betul-betul telah lengkap/utuh.
Perhatikan paragraf 1 berikut!
Ferdinand Marcos memiliki kesamaan dengan Bung Karno. Marcos, sebagaimana juga Bung Karno, telah memegang kekuasaan sebagai presiden sekitar dua puluh tahun. Semula, kedua orang itu pantang mundur dari singgasananya. Keduanya beranggapan bahwa angkatan bersenjata masih setia kepadanya. Keduanya juga beranggapan bahwa sebagian besar rakyat masih mencintainya. Akhirnya, kedua tokoh tersebut menyerah pada keadaan dan mereka harus turun dari tahtanya.
Dalam paragraf 1 terdapat:
Satu topik/pikiran pokok/ide pokok/pikiran utama: ……. (apa?)
Beberapa ide/pikiran penjelas: ....... (apa?)
Kalimat topik/utama/pokok: …. (apa?)
Kalimat-kalimat penjelas: …… (apa?)
Frase transisi (penanda kohesi dibahas lebih lanjut).
Bagaimana memulai menulis paragraf?
Langkah Penting: Menemukan Topik
Brainstorming (curah pendapat)
Perenungan/meditasi
Formula jurnalistik (5-W, 1-H)
Pertanyaan klasik
apa itu
apa persamaan dan perbedaan dengan yang lain
apa yang menyebabkan
apa yang dikatakan orang tentang ini
Pemecahan masalah
Bagaimana membatasi topik?
Topik bisa dibatasi dengan:
Tempat (desa, kota, daerah, negara)
Waktu, periode, zaman
Aspek khusus/objek
Bidang kehidupan manusia

Bagaimana mengembangan topik menjadi paragraf?
Pilih salah satu topik/ide pokok
Ubah topik/ide pokok menjadi kalimat topik
Temukan ide-ide penjelasnya
Susun ide penjelas sesuai urutan yang sistematis
Ubah ide-ide penjelas menjadi kalimat-kalimat penjelas
Rangkaian kalimat-kalimat itu dengan preposisi yang tepat


Berlatih sebentar!
Topik: (apa yang anda pikirkan, tulis!) Misal yang terpikir:
kuliah
naik haji
kesehatan gigi,
suami
Istri
Rumuskan kalimat topik.
Kalimat topik = topik + pembatas
Contoh:
naik haji + bisa digunakan untuk menutupi KKN

(Lanjutkan!)

Temukan ide-ide penjelasnya
Urutkan secara sistematis
Rumuskan menjadi kalimat-kalimat penjelas
Rangkaikan kalimat-kalimatnya secara baik.


Pengembangan paragraf bisa dilakukan dengan:
Berdasarkan Tekniknya
Cara alamiah
Urutan ruang
Urutan waktu
Cara klimaks atau antiklimaks
Cara umum-khusus atau khusus-umum


B. Berdasarkan Isinya
Cara Perbandingan atau Pertentangan
Cara analogi
Cara contoh
Cara sebab-akibat
Cara definisi luas
Cara klasifikasi


Ide penjelas bisa berupa:
Contoh
Rincian anggota kelas
Data statistik
Ilustrasi
Bukti
Bahan bandingan
Rincian proses
Sebab atau akibat

Bentuk paragraf
(sebagaimana bentuk karangan):
Narasi: menceritakan rangkaian peristiwa (terdapat tokoh, alur, setting, dll.)
Deskripsi: mendeskripsikan hal/peristiwa/ situasi secara objektif sehingga pembaca seolah-olah melihat/merasakan sendiri
Eksposisi:memaparkan pikiran untuk memperluas pandangan/pengetahuan orang lain
Argumentasi:menyampaikan pikiran dengan alasan yang logis dan sistematis
Persuasi: argumentasi yang berlebihan sehingga tampak bombastis (bersifat merayu atau “membujuk”, seperti bahasa iklan)



MENULIS ITU KETRAMPILAN
LATIHAN MESTI DILAKUKAN
BILA TIDAK, RASAKAN..
SEKIAN

penulisan akademik

PENULISAN AKADEMIK
(Academic Writing)
Oleh: Drs. Darsono, M.Si.

Perguruan Tinggi/Kampus sebagai masyarakat ilmiah merupakan tempat pengembangan ilmu. Dalam dunia keilmuan, penulisan akademik menempati posisi sentral yang sangat penting.

Mengapa penulisan akademik itu penting?
. Melalui tulisan, sebuah gagasan memperoleh kesempatan untuk diuji oleh orang lain (aktivitas ini memungkinkan orang lain memberikan tanggapan, komentar, catatan, bahkan kritik)
. Dengan cara itu, gagasan dapat dikembangkan, baik oleh penulisnya sendiri maupun orang lain sehingga menjadi pengetahuan umum yang bersifat kumulatif
. Penulisan merupakan institusi tersendiri, yang di dalamnya sistem penghargaan (reward) dalam praktek keilmuan dilembagakan.

Ciri-Ciri Penulisan Akademik
1. Jernih, tidak mengandung ambiguitas
2. Konseptual, tidak “sembarangan”
3. Netral, tidak bias, tidak emosional
4. Logis, mengikuti ketentuan logika berpikir (deduksi, induksi, atau campuran)
5. Sistematis, bebas dari kontradiksi internal
6. Ekspresif, merupakan ekspresi pikiran dengan bahasa yang baik dan benar
7. Komunikatif, mudah dipahami orang lain (terutama yang sebidang ilmu)
8. Etis, sesuai dengan norma intelektual-keilmuan

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan:
1. Penguasaan Teori: Materi/Substansi
2. Penguasaan Logika: Struktur Berpikir
3. Alur (melompat-lompat atau tidak)
4. Pola (deduktif, induktif, atau gabungan)
5. Kelengkapan (premis mayor, minor, konklusi)
6. Sistemik (kesesuaian)
7. Kedalaman pemikiran (superfisial/deep)
8. Kompleksitas (simplifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi
9. Pengulangan

Penguasaan Kebahasaan
1. Ejaan (baku atau tidak)
2. Cara penulisan (penggunaan tanda baca)
3. Pilihan kata (diksi yang sesuai dengan konsep)
4. Struktur kalimat (kelengkapan subjek-predikat)
5. Efisiensi dan efektivitas (padat konsep)
6. Penguasaan Teknik Penulisan Ilmiah
7. Tata cara pengutipan (kutipan, sumber, kepustakaan)
8. Peringkasan gagasan
9. Pengintegrasian/ hubungan antar-gagasan
10. Membangun argumentasi
11. Menjaga konsistensi
12. Gaya penulisan

Nilai Dasar Ilmu Pengetahuan:

1. Communalism (diketahui bersama)
2. Universalism (berlaku secara umum)
3. Disinterestedness (tak didasari interes tertentu)
4. Organised sceptisism (didasari kecurigaan/ketakpercayaan)
5. Objective (objektif, tak subjektif)
6. Correspondence (saling berhubungan makna)
7. Coherence (koherens, tak saling bertentangan)

Membaca Kritis

MEMBACA KRITIS
UNTUK MENULIS
Oleh: Drs. Darsono, M.Si.

Membaca kritis untuk menulis merupakan kegiatan membaca untuk mendapatkan informasi yang relevan dan diperlukan untuk tulisan yang akan dikembangkan.
Membaca kritis berkaitan dengan jenis informasi apa yang dibutuhkan untuk dimasukkan ke dalam tulisan (apakah informasi umum, khusus, rinci, dll.)

Dalam membaca kritis pembaca tidak menerima begitu saja informasi
Bersikap skeptis (selalu curiga, Bertanya terus menerus, Berusaha mencari bukti, Menguji kebenaran informasi

Untuk itu diperlukan:
1. Banyak informasi dari berbagai sumber
2. Ketekunan
3. Kesabaran

RAGAM MEMBACA KRITIS

1. Membaca kritis bergantung pada jenis informasi yang diperlukan.
2. Membaca cepat/sekilas untuk mencari topik
3. Membaca cepat untuk informasi khusus
4. Membaca teliti untuk informasi rinci

Membaca Kritis
Tulisan/Artikel Ilmiah
Tulisan ilmiah biasanya merupakan hasil penelitian. Ada beberapa hal yang perlu dicermati:

1. Mengenali tesis atau pernyataan masalah
2. Meringkas butir-butir penting
3. Menyitir konsep-konsep penting (pandangan ahli, hasil penelitian, teori)
4. Menentukan bagian yang akan dikutip
5. Menentukan implikasi dari bagian/sumber yang dikutip
6. Menentukan posisi penulis sebagai pengutip

Membaca Kritis
Tulisan/Artikel Populer

Dalam membaca tulisan ilmiah populer (misal artikel di koran), pembaca kritis perlu:
1. Mengenali persoalan utama atau isu yang dibahas (biasanya berkaitan dg masalah sosial)
2. Menentukan signifikansi/relevansi isu itu dengan tulisan yang akan dibuat
3. Memanfaatkan isi artikel untuk bahan/inspirasi dalam menulis
4. Membedakan isinya dengan isi artikel ilmiah atau buku ilmiah

Membaca Kritis
Buku Ilmiah

1. Memanfaatkan indeks untuk menemukan konsep penting (indeks nama atau indeks topik)
2. Mencermati daftar isi untuk mengetahui garis besar isi buku dan mencari bagian-bagian yang penting
3. Menemukan konsep-konsep penting (pandangan ahli, hasil penelitian, teori) untuk menulis
4. Menentukan dan menandai bagian-bagian buku yang akan dikutip
5. Menentukan implikasi dari bagian/sumber yang dikutip
6. Menentukan posisi penulis sebagai pengutip

Membaca Kritis
Buku Ilmiah

1. Memanfaatkan indeks untuk menemukan konsep penting (indeks nama atau indeks topik)
2. Mencermati daftar isi untuk mengetahui garis besar isi buku dan mencari bagian-bagian yang penting
3. Menemukan konsep-konsep penting (pandangan ahli, hasil penelitian, teori) untuk menulis
4. Menentukan dan menandai bagian-bagian buku yang akan dikutip
5. Menentukan implikasi dari bagian/sumber yang dikutip
6. Menentukan posisi penulis sebagai pengutip

Membaca Kritis
Bahan-Bahan dalam Internet

Penggunaan internet untuk mencari informasi penting semakin umum dan lazim dilakukan.

1. Kiat praktis mencari dan menemukan bahan-bahan dalam jaringan internet
2. Memilih dan mengevaluasi bahan-bahan itu untuk kepentingan menulis
3. Menentukan isi atau gagasan penting
4. Memanfaatkan secara kritis bahan untuk menulis

Penting!
1. Dengan membaca banyak referensi, wawasan mahasiswa semakin luas
2. Semakin banyak perdebatan teoretis dan intelektual yang dibaca, semakin kritis pemikiran mahasiswa
3. Membaca kritis bisa mengembangkan daya nalar dan kreativitas mahasiswa
4. Membaca kritis memudahkan mahasiswa memilih gagasan/konsep yang akan digunakan dan menentukan posisi intelektualnya
5. Membaca kritis membantu mahasiswa menuangkan ide/gagasan ke dalam tulisan yang ilmiah (tulisan akademik)

Penulisan Karya Ilmiah

DASAR-DASAR PENULISAN KARYA ILMIAH1

Oleh: Darsono2


I.Pengantar
Profesionalisme guru yang didengungkan sejak digulirkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menuntut guru untuk memiliki kompetensi profesional di samping kompetensi pedagogik, sosial, dan kepribadian. Kompetensi profesional itu ditandai dengan penguasaan akademik atas bidang ilmu yang digeluti yang dispesialisasikan sejak menempuh studi jenjang diploma (D-4) atau sarjana (S-1). Untuk mencapai kompetensi ini, kemampuan baca-tulis menjadi persyaratan utama karena pengembangan keilmuan memang dilakukan melalui media cetak. Dengan kata lain, seorang guru profesional yang menguasai kompetensi akademik dituntut memiliki kemampuan membaca dan menulis yang baik, terutama membaca dan menulis karya ilmiah. Persoalannya, bagi sebagian besar bangsa Indonesia, membaca dan menulis itu belum menjadi kebiasaan, apalagi kebudayaan, sehingga membaca dan menulis itu menjadi kesulitan tersendiri ketika menjadi kewajiban yang harus dikerjakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Chaedar Alwasilah (1994:127—134) terhadap mahasiswa dari Indonesia yang sedang studi di Amerika Serikat menghasilkan temuan yang layak dicermati. Salah satu temuannya menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa Indonesia mengalami kesulitan utama dalam hal menulis paper (makalah), presentasi di depan kelas, dan diskusi. Selain itu, ketika menyajikan makalah, mahasiswa kita kurang percaya diri dan kurang mampu memaparkan bukti-bukti pendukung gagasan (Alwasilah, 1994:129). Mengapa demikian? Hal ini ternyata berkaitan dengan pembelajaran di sekolah-sekolah Indonesia. Para siswa kita tidak diasah atau diajari kemampuan bernalar dan berpikir kritis, yaitu kemampuan berpikir netral, objektif, beralasan atau logis, dan haus akan kejelasan dan ketepatan. Para siswa kita juga tidak (kurang) dibiasakan menganalisis argumentasi secara cermat, mencari bukti-bukti yang sahih, dan menghasilkan simpulan yang mantap. Padahal, kemampuan tersebut merupakan kunci penting dalam kegiatan ilmiah dan penulisan karya tulis ilmiah.
Kurangnya pembelajaran nalar mengakibatkan kurangnya keterampilan berpikir kritis (critical thinking). Ini bisa dilihat dari produktivitas baca-tulis wacana ilmiah-kritis yang relatif rendah. Salah satu penandanya ialah rendahnya buku-buku ilmiah yang diterbitkan, misalnya bila dibandingkan dengan Malaysia. Membaca dan menulis kritis menjadi barang langka. Akibatnya, menulis ilmiah menjadi pekerjaan yang sulit dan bahkan menjadi “momok” yang menakutkan, misalnya bagi mahasiswa yang akan menulis skripsi atau bagi guru yang dituntut menulis untuk kenaikan pangkat/jabatan.
Menulis menjadi pekerjaan sulit bagi sebagian besar orang Indonesia, termasuk orang-orang yang terpelajar. Menurut Teeuw (1994:39), bangsa Indonesia memang terbiasa dengan tradisi lisan atau kelisanan (orality), sedangkan pola kehidupan masyarakat yang menghayati kebudayaan tulis (interiorization of print culture) atau keberaksaraan (written/literacy) tidak pernah dilalui secara mendalam. Ditambah dengan muncul dan berkembangnya teknologi elektronik (audio-visual) secara pesat, baca-tulis semakin jauh dari kebiasaan hidup. Kelisanan ini menghasilkan the oral state of mind yang dicirikan dengan besarnya peran mulut dan telinga. Keberaksaraan menghasilkan the literate state of mind, yang dicirikan (salah satunya) dengan pentingnya peran mata, adanya keterpisahan, menguatnya individualitas, dan tumbuhnya sikap kritis dan pemikiran logis yang mendalam.
Kehadiran karya tulis ilmiah, dalam konteks pelatihan ini, setidaknya bisa dilihat dari dua kepentingan, yaitu kepentingan praktis dan kepentingan ilmiah (teoretis). Berkaitan dengan kepentingan praktis, karya tulis ilmiah diperlukan untuk pengumpulan angka kredit, kenaikan pangkat/jabatan akademik, dan pada akhirnya untuk sertifikasi dalam jabatan guru (dan dosen). Dari sisi ini, kelahiran karya tulis ilmiah tampak secara praktis bersinggungan langsung dengan kehidupan (sosial dan ekonomi). Sebagai kepentingan ilmiah, secara teoretis kelahiran karya tulis ilmiah diperlukan untuk pengembangan ilmu dalam dunia akademik. Sisi ini sangat penting karena beberapa alasan: (1) melalui tulisan, sebuah gagasan memperoleh kesempatan untuk diuji oleh orang lain, (2) dengan cara itu, gagasan dapat dikembangkan, baik oleh penulisnya sendiri maupun orang lain sehingga menjadi pengetahuan umum yang bersifat kumulatif, dan (3) penulisan merupakan institusi tersendiri yang di dalamnya sistem penghargaan (reward) dalam praktik keilmuan dilembagakan (Sparringa, 2007).

II.Menulis sebagai Keterampilan
Dalam ilmu kebahasaan, menulis dipandang sebagai suatu keterampilan. Terdapat empat keterampilan berbahasa yang saling berhubungan, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Karena saling berhubungan, keempat keterampilan berbahasa tersebut disebut catur tunggal (Tarigan, 1986), yaitu bahwa keempat keterampilan tersebut saling berhubungan sehingga menjadi sebuah kesatuan.
Sebagaimana diuraikan di atas, menulis dipandang sebagai keterampilan yang paling sulit karena kuatnya tradisi lisan dan tidak tumbuhnya kebiasaan baca-tulis. Meski demikian, bukan berarti bahwa menulis itu tidak bisa dilakukan. Sebagai sebuah keterampilan, menulis bisa diajarkan dan dilatihkan kepada siapa pun. Artinya, keterampilan menulis itu bisa ditumbuhkan dalam diri seseorang melalui kegiatan pembelajaran. Dengan asumsi yang demikian, maka setiap individu diasumsikan memiliki potensi untuk menulis dan potensi itu bisa dikembangkan melalui pembelajaran atau pelatihan.
Sebagai sebuah keterampilan, menulis membutuhkan langkah-langkah atau tahapan tertentu sehingga menulis dipandang sebagai proses (Barrs, 1983 dalam Suparno dan Yunus, 2008). Proses menulis meliputi tiga fase, yaitu prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Pada fase prapenulisan, aktivitas yang dilakukan meliputi menentukan topik, mempertimbangkan maksud dan tujuan penulisan, memperhatikan sasaran (pembaca), mengumpulkan informasi pendukung, dan mengorganisasikan ide dan informasi menjadi kerangka karangan. Pada fase penulisan, penulis mengembangkan butir-butir yang terdapat dalam kerangka karangan. Pada tahap pascapenulisan yang merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram mencakupi kegiatan penyuntingan dan perevisian.
Menulis juga membutuhkan penalaran. Agar tulisan yang dihasilkan jelas, logis, runtut, jujur, dan mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca, diperlukan penalaran. Yang dimaksudkan dengan penalaran adalah proses berpikir untuk menghubung-hubungkan atau membuat kaitan antara bukti, fakta, petunjuk, atau sesuatu yang dianggap bukti, menuju pada simpulan (Keraf, 1984; Moeliono, 1989). Dengan demikian, penalaran merupakan proses berpikir yang sistematis dan logis untuk memperoleh simpulan. Penalaran bisa dilakukan dengan cara induktif, deduktif, maupun gabungan keduanya. Kesalahan penalaran akan menimbulkan kekacauan isi tulisan.


III.Mengenal Bentuk/Ragam Wacana
Pengembangan gagasan ke dalam tulisan dapat dilakukan dengan memilih bentuk atau ragam wacana (baca: tulisan) yang sesuai. Mengacu ke Gorys Keraf (1981; 1983), ragam wacana bisa dibedakan atas eksposisi, deskripsi, argumentasi, narasi, dan persuasi. Kelima bentuk wacana ini menjadi dasar pengembangan tulisan lebih lanjut. Oleh karena itu, keterampilan menulis lima bentuk wacana tersebut penting dalam pengembangan kemampuan menulis karya tulis ilmiah. Pemilihan bentuk/ragam wacana/tulisan disesuaikan dengan isi/substansi yang hendak disampaikan.
Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu (tempat, suasana/situasi) berdasarkan kesan-kesan dari (hasil) pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan kembali atau menghadirkan kembali kesan-kesan yang dialami penulis ke pembaca. Dengan demikian, deskripsi yang baik adalah deskripsi yang bisa menciptakan imajinasi pembaca seolah-olah pembaca mengamati, mengalami, dan merasakan sendiri sebagaimana yang diamati, dialami, dan dirasakan penulisnya.
Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Tulisan narasi bertujuan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai proses terjadinya suatu peristiwa, meliputi tahap, langkah, urutan, atau rangkaian kejadian. Narasi tidak hanya digunakan dalam karya fiksi (cerpen, novel, drama), tetapi juga digunakan untuk menyampaikan gagasan dalam tulisan ilmiah (nonfiksi).
Eksposisi merupakan ragam wacana yang dimaksudkan untuk menjelaskan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu (fenomena, fakta, konsep, teori) sehingga dapat menambah dan memperluas pandangan dan pengetahuan pembaca. Tulisan eksposisi hanya dimaksudkan untuk menginformasikan atau menerangkan, bukan mempengaruhi pikiran, sikap, dan perilaku pembacanya.
Argumentasi merupakan ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca tentang kebenaran informasi yang disampaikan. Untuk meyakinkan pembaca, penulis biasanya menyajikan pikiran-pikirannya secara cermat, logis, kritis, sistematis, dan objektif. Untuk memperkuat alasan-alasan (argumentasi) logis-rasional yang dikembangkan, penulis argumentasi juga memasukkan data, bukti, dan pendukung lainnya yang sesuai. Dengan demikian, argumentasi yang dibangun bisa diterima dan diyakini oleh pembaca.
Persuasi merupakan ragam wacana yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap, pandangan, pendapat, dan perilaku pembaca dengan lebih menggunakan pendekatan emosional. Berbeda dengan argumentasi yang lebih bersifat rasional-objektif, penggunaan data dan bukti dalam tulisan persuasi sering dimanipulasi atau dilebih-lebihkan, sebagaimana tampak dalam iklan, propaganda, kampanye, dan tulisan-tulisan lain yang sejenis.
Sebuah tulisan bisa menggunakan berbagai ragam tersebut secara variatif. Ini berarti bahwa dalam sebuah tulisan bisa digunakan lebih dari satu ragam wacana, meski tetap ada salah satu ragam wacana yang menonjol. Variasi penggunaan berbagai ragam ke dalam satu tulisan secara tepat akan menjadikan tulisan lebih menarik dan enak untuk dibaca.


IV.Penelitian sebagai Dasar Penulisan Ilmiah
Sebagai karya tulis yang didasarkan pada kegiatan ilmiah, maka penelitian merupakan dasar pijakan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah itu hanya dapat dibuat atas dasar penelitian. Dengan kata lain, karya tulis ilmiah (terutama laporan penelitian) merupakan produk yang dihasilkan oleh penelitian; ia merupakan produk primer penelitian dan merupakan “gerbong” terakhir dalam rangkaian panjang penelitian. Oleh karena itu, kebenaran penelitian menjadi dasar kebenaran tulisan ilmiah. Bila penelitian yang dilakukan diwarnai dengan manipulasi, maka tulisan ilmiah yang dihasilkan juga mengandung warna manipulatif. Sebaliknya, kalau penelitian dilakukan dengan prosedur yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka sangat mungkin tulisan yang dihasilkan juga bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Perlu disampaikan bahwa hubungan antara penelitian dengan penulisan karya tulis ilmiah memang tidak selalu simetris (bdk. Yuwana, 2006). Memang benar bahwa ada tulisan ilmiah (baca: laporan penelitian) yang benar-benar mencerminkan pelaksanaan penelitian, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa demikian banyak tulisan ilmiah yang kurang atau berlebihan dalam memotret penelitian. Akibatnya, banyak informasi penting yang terabaikan; atau kebalikannya, banyak informasi tidak penting yang terliput. Pada sisi lain, banyak pula tulisan ilmiah yang diidentifikasi berisi apa yang tidak seharusnya dilaporkan.
Penelitian ilmiah banyak jenisnya; selain penelitian tindakan kelas (PTK) yang saat ini sedang hangat diperbincangkan, ada penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (applied research), penelitian pustaka (library research) dan penelitian lapangan (field research), penelitian deskriptif (descriptive researh) dan penelitian eksperimental (experimental research), dll. (Nazir, 2003). Tiap jenis penelitian memiliki kekhususan sehingga jenis penelitian yang satu berbeda dengan jenis penelitian yang lain. Perbedaan jenis penelitian akan berdampak pada perbedaan model karya tulis ilmiah yang dihasilkan. Oleh karena itu, penyusunan laporan penelitian disesuaikan dengan format, model, atau sistematika yang (biasanya) sudah ditentukan oleh pemberi dana atau oleh institusi pelaksana penelitian. Bagian-bagian yang ada dalam sistematika laporan penelitian biasanya sudah sangat jelas tertulis dalam pedoman penyusunan laopran yang disediakan oleh lembaga yang bersangkutan.
Yang penting pada bagian ini adalah penulis karya tulis ilmiah hendaknya memahami dengan baik penelitian yang dilakukan. Pemahaman atas penelitian akan sangat membantu dalam menuliskan hasilnya dalam tulisan ilmiah. Kebalikannya, kesalahan pemahaman atas penelitian akan berakibat pada kesalahan (konseptual) dalam karya tulis ilmiah.


V.Karya Tulis Ilmiah
Sebagai hal yang utama, pembahasan mengenai karya tulis ilmiah ini dirinci menjadi beberapa bagian. Setidaknya, ada empat hal penting yang perlu dibahas, yaitu (1) pengertian, (2) ciri karya tulis ilmiah, (3) ketentuan penulisan, dan (4 penguasaan penulis.

5.1Pengertian
Karya ilmiah atau karangan ilmiah atau karya tulis ilmiah berbeda (dan sering dikontraskan) dengan karya fiksi (nonilmiah). Ketika ditanya, “apakah karya tulis ilmiah itu?”, tidak mudah menjawabnya dengan pengertian yang ringkas. Relatif sulit untuk menarik garis tegas antara karya tulis ilmiah dengan karya tulis nonilmiah (fiksi) karena keduanya merupakan suatu kontinum. Dengan demikian, antara ilmiah dan fiksi terdapat rentang yang panjang di antara batas ekstrem keduanya.
Pengertian karya tulis ilmiah telah dikemukakan oleh beberapa orang. Bratawidjaja (1995 dalam Soeparno, 1997) mengartikan karya ilmiah sebagai suatu karya yang didasarkan pada ilmu pengetahuan yang menyajian fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang benar. Dengan demikian, karya ilmiah itu harus memenuhi syarat dan hukum ilmu pengetahuan dan metode penulisan ilmiah. Dengan bahasa yang lebih ringkas, Soeparno (1997:51) mengartikan karya tulis ilmiah sebagai suatu tulisan yang berisi suatu permasalahan yang diungkapkan dengan metode ilmiah.
Pengertian tersebut mengimplikasikan adanya pengertian lain yang perlu dipahami, yaitu kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah merupakan kegiatan dalam bidang ilmu tertentu yang dikerjakan atas dasar metode ilmiah. Kegiatan ilmiah, yang biasanya disebut penelitian/riset, adalah kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan atau memperoleh kebenaran ilmiah (pengetahuan ilmiah) dan prosesnya didasarkan pada pendekatan yang didukung oleh pemahaman teori. Dalam hal ini, kegiatan ilmiah didasarkan atas ontologi (bidang kajian), epistemologi (cara kerja), dan aksiologi (nilai dan manfaat). Metode ilmiah merupakan cara kerja untuk memperoleh kebenaran yang rasional, logis, dan empiris, serta dapat diverifikasi (diuji ulang).
Hasil kegiatan ilmiah yang disajikan dalam bentuk tertulis menjadi karya tulis ilmiah. Oleh karena itu, sebagaimana yang sudah diuraikan di bagian terdahulu, karya ilmiah ditulis atas dasar kegiatan ilmiah atau penelitian.

5.2Ciri Karya Tulis Ilmiah
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dirumuskan ciri karya tulis ilmiah. Berikut dikutip ciri-ciri karya tulis ilmiah yang telah dirumuskan oleh beberapa ahli.
Menurut Soeparno (1997:51—52), karya tulis ilmiah berciri:
1.mengungkapkan masalah dan pemecahannya secara ilmiah
2.didukung oleh fakta dan data
3.bersifat tepat, lengkap, dan benar
4.pengembangannya dilakukan secara sistematis dan logis
5.bersifat netral (tidak memihak) dan tidak emosional
Bratawidjaja (1995 dalam Soeparno, 1997) memberikan ciri-ciri karya tulis ilmiah sebagai berikut:
1.menyajikan fakta objektif secara sistematis
2.tidak emotif
3.tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung
4.ditulis dengan tulus dan memuat kebenaran
5.tidak melebih-lebihkan karena hanya menyajikan kebenaran
Sparringa (2007) memberikan ancangan ciri-ciri penulisan ilmiah yang relatif lebih lengkap, yaitu
1.jernih, tidak mengandung ambiguitas
2.konseptual, tidak “sembarangan”
3.netral, tidak bias, tidak emosional
4.logis, mengikuti ketentuan logika berpikir
5.sistematis, bebas dari logika berpikir internal
6.ekspresif, merupakan ekspresi pikiran dengan bahasa yangbaik dan benar
7.komunikatif, mudah dipahami orang lain (terutama yang sebidang ilmu)
8.etis, sesuai dengan norma intelektual-keilmuan.

5.3Ketentuan Penulisan
Setiap jenis karya tulis ilmiah memiliki format, model, atau sistematika penulisan yang berbeda. Meski demikian, terdapat ketentuan-ketentuan yang bersifat umum. Oleh karena itu, berikut dibahas secara ringkas ketentuan umum yang terdapat dalam hampir setiap karya tulis ilmiah, terutama yang berbentuk laporan penelitian.

5.3.1Ketentuan Umum
Ada beberapa ketentuan umum yang perlu diperhatikan, di antaranya
a.ukuran dan jenis kertas, HVS kuarto atau A-4
b.cara pengetikan, penggunaan huruf, spasi, dll.
c.penggunaan pias (margin)
d.penggunaan nomor halaman (penomoran)

5.3.2 Sistematika
Secara umum, karya tulis ilmiah (baca: laporan penelitian) menggunakan sistematikan dengan memperhatikan urutan berikut.
1.Bagian awal (halaman judul/sampul, halaman pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel [kalau ada], daftar grafik [kalau ada], daftar gambar [kalau ada], daftar lambang/singkatan [kalau ada], dan daftar lampiran)
2.Bagian inti atau tubuh, biasanya dibagi menjadi beberapa bab:
a. Bab I pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, hipotesis (bila diperlukan)
b.Bab II kajian pustaka, mencakup kajian teori, temuan penelitian terdahulu yang relevan, kerangka pemikiran
c.Bab III metode penelitian, mencakupi pendekatan, metode, instrumen, data, lokasi dan waktu penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian
d.Bab IV hasil penelitian dan pembahasan: hasil penelitian, pembahasan
e.Bab V simpulan dan saran, berisi simpulan hasil penelitian dan saran yang bisa disampaikan.
3.Bagian akhir berisi daftar rujukan dan lampiran (contoh: instrumen penelitian, data penelitian, bukti lain pelaksanaan penelitian
(Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2006:20—23).
Bila tulisan ilmiah dibuat pendek, misalnya dalam bentuk artikel ilmiah untuk dipublikasikan melalui jurnal, setidaknya ada 4 hal pokok yang mesti ada dalam karya tulis ilmiah, yaitu masalah (rumusan masalah beserta latar belakangnya), landasan teori atau perspektif teoretis (setidaknya berupa kajian pustaka dari sumber-sumber pustaka yang relevan), analisis (memerlukan data dengan semua penjelasan yang dibutuhkan), dan hasil analisis (berupa simpulan yang diperoleh).


5.3.3 Pengorganisasian
Untuk memudahkan penyusunan (bagi penulis) dan memudahkan pemahaman tulisan (bagi pembaca), tulisan ilmiah perlu diorganisasikan secara baik. Organisasi karya tulis ilmiah merupakan pengaturan bagian-bagian tulisan yang ditandaii dengan pemberian label (nomor) untuk bagian-bagian tersebut.
Ada dua tipe pengorganisasian yang umum dikenal, yaitu (1) tipografi gabungan angka dan huruf dan (2) tipografi kesatuan desimal. Tipografi gabungan angka dan huruf adalah cara penyusunan bagian-bagian tulisan dengan menggunakan secara berurutan dan bergantian antara angka dan huruf; secara berurutan menggunakan angka Romawi (I, II, III, IV, dst.), huruf besar (A, B, C, D, E, dst.), angka (1, 2, 3, 4, dst.), dan huruf kecil (a, b, c, dst.). Tipografi kesatuan desimal merupakan cara menyusun bagian-bagian tulisan dengan menggunakan angka desimal yang menggunakan titik.

5.4Penguasaan Penulis
Seorang penulis karya tulis ilmiah dipersyaratkan menguasai empat hal pokok, yaitu substansi/isi/teori/keilmuan, logika berpikir, kebahasaan, dan teknik penulisan ilmiah

5.4.1 Penguasaan Subtansi Keilmuan
Hal penting yang perlu dikuasai penulis adalah materi/substansi/teori keilmuan yang berkaitan dengan topik yang akan ditulis. Penguasaan materi menjadi dasar penulisan karya tulis ilmiah karena memang substansi inilah yang menjadi gagasan sentral yang akan dikembangkan dalam tulisan. Pendekatan, teori, konsep, dan hal-hal mendasar yang lain dikembangkan berdasarkan disiplin keilmuan. Oleh karena itu, keahlian dan kepakaran seseorang dalam bidang ilmu yang akan ditulis menjadi penting.

5.4.2 Penguasaan Logika
Logika berkaitan dengan struktur berpikir, meliputi
a.alur (melompat-lompat atau tidak)
b.pola (deduktif, induktif, atau gabungan)
c.kelengkapan (premis mayor, minor, konklusi)
d.sistemik (kesesuaian internal)
e.kedalaman pemikiran
f.kompleksitas (simplifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi)

5.4.3 Penguasaan Kebahasaan
Penguasaan kebahasaan menjadi komponen yang penting dalam menulis karya ilmiah. Penguasaan kebahasaan ini meliputi penguasaan ejaan (baku atau tidak), cara penulisan (penggunaan tanda baca), pilihan kata (diksi sesuai dengan konsep), struktur kalimat (lengkap, bukan yang fragmentaris), efisiensi dan efektivitas (padat konsep), pengembangan paragraf, dan wacana.

5.4.4 Penguasaan Teknik Penulisan
Karena karya ilmiah memiliki tata cara tersendiri, penulis perlu menguasai teknik penulisan karya tulis ilmiah. Hal-hal yang perlu dikuasai meliputi
a.tata cara pengutipan (membuat kutipan, sumber, dan kepustakaan)
b.peringkasan gagasan
c.pengintegrasian/hubungan antargagassan
d.pembangunan dan pengembangan argumentasi
e.konsisten
f.gaya penulisan

VI.Penutup
Karena belum terbiasa, menulis menjadi sulit dilakukan. Banyak orang merasa kesulitan ketika harus menulis. Ide-ide yang baik memang banyak, tetapi menuliskan ide itu ke dalam suatu tulisan (apalagi tulisan ilmiah) bukan pekerjaan mudah. Untuk mengatasi hal ini, kita mesti ingat satu hal penting. Menulis itu keterampilan. Siapa pun bisa menulis (karya tulis ilmiah). Apalagi orang-orang terpelajar yang sudah sarjana. Apa kuncinya? Berlatih dan berlatih.
Selamat berlatih.

DAFTAR PUSTAKA


Alwasilah, A. Chaedar. 1994. “Ancangan Kurikulum Dasar: Dorongan agar Siswa Nalar”. Dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II, Kurikulum untuk Abad ke-21. Jakarta: Grasindo.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. 2006. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta.

Keraf, Gorys. 1981. Eksposisi dan Deskripsi. Ende Flores: Nusa Indah.

Keraf, Gorys. 1983. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.

Keraf, Gorys. 1986. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Cet. ke-9. Ende Flores: Nusa Indah.

Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Tersebar. Jakarta: Gramedia.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rifai, Mien. 1997. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Cet. ke-2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soeparno, dkk. 1997. Bahasa Indonesia untuk Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Ekonosia UII.

Sparringa, Daniel. 2007. “Penulisan Akademik: Sebuah Pengantar”. Makalah untuk kuliah di Program Pascasarjana Unair.

Sugihastuti. 2000. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suparno dan Mohamad Yunus. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Cet. ke-16. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Teeuw, A. 1994. Indonesia antara Kelisanan dan Keberaksaraan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Yuwana, Setya. 2006. “Laporan Penelitian Tindakan Kelas”. Makalah disajikan dalam Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas bagi Dosen dan Mahasiswa FBS Unesa 29 Desember.

Pengertian Diskusi

BEBERAPA PENGERTIAN

Diskusi: pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah.

Seminar: suatu pertemuan ilmiah atau persidangan untuk membahas suatu masalah (hasil penelitian) di bawah bimbingan ahli (pakar, guru besar, dll.)

Simposium: pertemuan dengan beberapa pembicara mengemukakan pidato singkat tentang topik tertentu atau tentang beberapa aspek dari topik yang sama.

Simposium juga bisa berarti kumpulan pendapat tentang sesuatu, terutama yang dihimpun dan diterbitkan
Simposium bisa diartikan juga sebagai kumpulan konsep yang diajukan oleh beberapa orang atas permintaan suatu panitia

Panel: kelompok pembicara yang dipilih untuk berbicara di diskusi dan menjawab pertanyaan di depan hadirin (penonton, pendengar, dll). Hadirin bisa diberikesempatan untukbertanya atau memberikan pendapat.
Pembicara di diskusi panel disebut panel
Peserta/hadirin disebut panelis.

Debat: suatu diskusi yang diatur, dalam hal ini dua pihak atau lebih yang berbeda pendapat mempersoalkan satu atau beberapa masalah
Debat bisa juga diartikan sebagai pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberikan alas an untuk mempertahankan pendapat masing-masing
Debat yang tidak disertai dengan alasan yang logis disebut debat kusir.

Sarasehan: pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat (prasaran) para ahli mengenai suatu masalah di bidang tertentu
Sarasehan sama dengan simposium

Forum bisa berarti lembaga atau badan
Forum bisa juga berarti sidang
Forum juga bisa diartikan sebagai tempat pertemuan untuk bertukar pikiran secara bebas

Pendahuluan

PENDAHULUAN
Drs. Darsono, M. Si.

Pertanyaan:
1.Apakah bahasa Indonesia masih penting?
2.Mengapa bahasa Indonesia itu penting?

Masih ingatkah dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928?
Ringkasnya:
Pemuda-Pemudi (kerumunan massa pemuda) dari berbagai suku bangsa mengaku:
Bertumpah darah yang satu, tanah (air) Indonesia
Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Intinya:
Berdirinya sebuah negara, mesti melibatkan tiga hal penting tersebut: tanah-air (wilayah geografis), bangsa (rakyat), dan bahasa (budaya).

BAHASA  menjadi bagian dari kebudayaan,
sekaligus sarana ekspresi kebudayaan

Apa kebudayaan itu? Kebudayaan meliputi:
Seluruh kompleks ide-ide
Ilmu pengetahuan
Teknologi
Kesenian
Gaya hidup
Bahasa
Benda-benda hasil ciptaan manusia, dll.

Selain menjadi bagian dari kebudayaan, bahasa merupakan sarana dan sekaligus bentuk ekspresi kebudayaan itu sendiri. Jadi, fungsi bahasa itu sangat penting. Ibaratnya, bahasa menjadi pinti gerbang untuk memasuki kebudayaan suatu bangsa.
BI, Nasionalisme, dan Integrasi Bangsa

BI yang ada dan kita gunakan sekarang ini tidak serta merta ada atau ada sekaligus, tetapi lahir dan berkembang sepanjang sejarah, seiring sejarah perkembangan bangsa.

Kelahiran BI tidak bisa dilepaskan dari muncul dan berkembangnya nasionalisme Indonesia.

BI merupakan “bentuk baru” (diangkat) dari bahasa Melayu.
Alasannya:
Kaidah sederhana
Demokratis
Mampu sebagai bahasa budaya
Telah menjadi lingua franca (bahasa perhubungan untuk kepentingan perdagangan)
Adanya kesadaran penutur bahasa lain

Melalui sumpah pemuda, BI diakui kelahirannya secara politis. Dalam kaitan ini, BI berkedudukan sebagai bahasa nasional dan memiliki fungsi-fungsi berikut.
Lambang identitas nasional
Lambang kebanggaan nasional
Alat penyatuan berbagai suku bangsa
Alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya

Setelah Indonesia merdeka, UUD 1945 memuat pasal yang mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Dengan demikian, kelahiran BI secara yuridis telah diakui sehingga BI berkedudukan sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa negara BI berfungsi sebagai
Bahasa resmi kenegaraan
Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
Bahasa resmi pengembangan kebudayaan nasional dan pemanfaatan IPTEKS
Frans Magnis Suseno (1988) mengatakan
Sebagai bangsa yang yang bukan didasarkan pada kesatuan etnis, yang mempersatukan Indonesia sebagai satu bangsa dan sekaligus negara bukanlah sesuatu yang alamiah. Indonesia “hanya” dipersatukan oleh semangat dan tekad untuk bersama dan bersatu, “tidak kurang, tidak lebih” Tekad itu tumbuh dalam sejarah panjang pengalaman bersama yang sebagian merupakan sejarah penderitaan dan penindasan akibat kolonialisme yang kemudian melahirkan pengalaman perjuangan bersama demi kemerdekaan.

Mari kita perhatikan berbagai fakta berikut!
Timor-Timur telah melepaskan diri dari Indonesia dan sekarang menjadi Republik Demokratik Timor Leste
Aceh tetap dibayangi adanya GAM (Gerakan Aceh Merdeka) meski sekarang telah menjadi Naggroe Aceh Darussalam
Papua juga terus berkecamuk dengan OPM (Organisasi Papua Merdeka)
Maluku pernah dikejutkan dengan RMS (Republik Maluku Selatan)

Pertanyaannya:
Mampukah bahasa Indonesia mengurangi etnosentrisme (sifat yang terlalu mencintai budaya lokal dan menganggap bahwa budaya lokal itu yang paling baik dan paling tinggi, sedang budaya yang lain rendah dan jelek), dan mencegah disintegrasi?

Sebaliknya, mampukah bahasa Indonesia membangun integrasi serta solidaritas nasional (nasionalisme) bangsa Indonesia?

Nasionalisme, antara pluralisme dan multikulturalisme, membutuhkan bahasa Indonesia (common language) sebagai komunikasi. Lalu, di mana posisi bahasa daerah (lokal) dan bahasa Inggris/asing (global)?

---Silakan direnungkan---

Kosa Kata

KOSA KATA
Compose

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kosa kata diartikan perbendaharaan kata. Dengan kata lain, kosa kata berarti semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa.

kata =/= istilah

Perhatikan gambar berikut!


kata






istilah

Istilah merupakan bagian dari kata.
Istilah merupakan kata yang diberi makna khusus.

Kata:
Multimakna
Bergantung pada konteks

Istilah
Satu makna
Tidak bergantung pada konteks

Kata dan istilah (kosa kata) perlu terus dikembangkan.

Pembentukan istilah bisa dilakukan sbb.:

SUMBER yang digunakan:

1. bahasa Indonesia  sekarang
 lama (purba)

2. bahasa daerah/serumpun  sekarang
 lama (purba)

3. bahasa Inggris

4. bahasa lain (Arab, Perancis, Jerman, dll.)

PROSES yang ditempuh:

1.penerjemahan, yaitu menerjemahkan kosa kata (terutama istilah) dari bahasa lain, misalnya:
network  jaringan
balanced budget  anggaran berimbang
medical treatment  pengobatan

2.penyerapan
a. adopsi, yaitu penyerapan secara utuh
novel
program
radio
bank
ceroboh
ruwet
b.adaptasi, yaitu penyerapan yang disertai penyesuaian (lafal, ejaan, dll.), misalnya:
coup  kup
central  sentral
machine  mesin
dental unit  unit dental
variety  varietas
objectivity  objektivitas

3.pengakroniman dan penyingkatan, yaitu membuat singkatan dan akronim, seperti:
ABRI
TNI
PGRI
hansip
raker
rapimnas
pramuka

Istilah serapan hendaknya memenuhi syarat:

konotasi maknanya baik
enak didengar
singkat dan tepat
memudahkan kesepakatan makna

Perhatikan contoh berikut!
amputation amputasi pemotongan
anus anus lubang pantat
dysentery disentri berak darah
horizon horizon kaki langit

Cermati kosa kata di kolom kiri berikut! Bila sudah baku, tulis di kolom kanan. Bila tidak baku, tulis bentuk bakunya!

jadual

kuitansi

komoditi

metode

diagnosa

analisa-sintesa

sistim kridit

komplek

tehnologi

jaman

senen

rabo

november

non migas

pebruari

klimaks

hutang

kwalitas

kreatifitas

objektifitas

kayaknya

nampaknya

panutan

original

mumpung

obyek-subyek

berfikir

nonton

Ragam Ilmiah

BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH

Penggunaan bahasa (Indonesia) dalam komunikasi dipengaruhi (dan ditentukan) oleh berbagai aspek:
Komunikator (yang berbicara/pembicara)
Komunikan (yang diajak berbicara/pendengar)
Topik
Situasi
Tujuan
Sarana, dll.

Dengan kata lain, penggunaan bahasa dalam komunikasi tidak bersifat seragam (hanya bahasa Indonesia baku, misalnya), tetapi bervariasi (banyak ragam) sesuai dengan konteks berbahasa.

Ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang dipengaruhi oleh konteks penggunaan bahasa.


Oleh karena itu, dikenal adanya
bahasa Indonesia yang baik dan benar

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisi berbahasa.

Bahasa Indonesia yang benar adalah BI yang sesuai dengan kaidah/aturan bahasa Indonesia.

Kaidah BI itu bisa:
Kaidah/tata ejaan (EYD)
Kaidah/tata bunyi (fonologi BI)
Kaidah/tata kata (morfologi BI)
Kaidah/tata kalimat (sintaksis BI)
Kaidah/tata paragraf dan wacana BI
Kaidah/tata makna (semantik)

Bisa terjadi, penggunaan:
BI yang baik, tetapi tidak benar
BI yang benar, tetapi tidak baik
BI yang tidak baik dan tidak benar
BI yang baik dan benar

Salah satu konteks penggunaan BI adalah perguruan tinggi/kampus sebagai masyarakat ilmiah. Dunia akademik yang ada di kampus menuntut mahasiswa (dan dosen) untuk menggunakan BI ragam ilmiah untuk kepentingan penulisan akademik (academic writing) atau penulisan karya ilmiah.

Karya ilmiah yang memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan antara fakta-konsep-teori-prinsip itu secara ilmiah membutuhkan bahasa Indonesia ragam ilmiah.

BI ragam ilmiah ini berciri:
1.cendekia: BI mampu digunakan untuk mengungkapkan hasil berpikir logis dengan pernyataan yang tepat dan cermat
2.lugas dan jelas: BI mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara apa adanya dan jelas
3.menghindari kalimat fragmentaris: kalimat-kalimat yang ditulis hendaknya utuh/lengkap gagasannya, bukan fragmentaris/sepotong-sepotong.
4.bertolak dari gagasan: mengutamakan gagasan, bukan subjek/penulisnya
5.formal dan objektif: pengungkapan gagasan dilakukan secara formal (resmi) dan objektif (menghindari subjektivitas)
6.ringkas dan padat: gagasan ditulis seringkas dan sepadat mungkin, padat-ide, padat-konsep, tidak banyak uraian yang tidak penting
7.konsisten: dari awal sampai akhir bersifat taat asas