Mengenai Saya

selamat datang di blog materi kuliah kesehattan lingkungan,, blog ini berisi tentang materi-materi kuliah yang ada di jurusan kesehatan lingkungan dan bertujuan mempermudah mahasiswa kesehatan lingkungan dalam mencari materi-materi kuliah. semoga blog ini bermanfaat bagi yang membaca, khususnya bagi mahasiswa kesehatan lingkungan sendiri..

Sabtu, 01 Januari 2011

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS: APLIKASINYA UNTUK STUDI EPIDEMIOLOGI DAN PEMANTAUAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE

PENGANTAR: Demam Berdarah Dengue (DBD)

DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue (virDen) yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti atau spesies Aedes lainnya yang sesuai. Gejalanya meliputi demam mendadak (akut) kontinyu 4-7 hari, sakit kepala, nyeri ulu hati, wajah memerah, nyeri tulang punggung, yang berlanjut (pada hari kedua) timbul perdarahan bawah kulit.
DBD berat bisa berlanjut dengan shock syndrome (DSS)

EPIDEMIOLOGI dan PENULARAN DBD

Epidemiologi DBD terkait dengan faktor-faktor agent (virDen: serotip 1, 2, 3 dan 4), manusia dengan viremia dan yang rentan terhadap infeksi virDen), nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus sebagai vektor primer dan sekunder, serta faktor lingkungan.
Faktor lingkungan antara lain lingkungan fisik, klimatologis, demografis, sosial ekonomi dan perilaku penduduk, yang mempengaruhi kepadatan (densitas) nyamuk vektor DBD.

SIG: Aplikasinya untuk studi epidemiologis DBD

Jadi secara epidemiologis, data atau informasi lingkungan geografis, termasuk penting dalam studi epidemiologis dan untuk pemantauan sebaran DBD.
Sebagai contoh, di Bangkok, jumlah kasus DBD sangat dipengaruhi oleh variasi suhu udara setempat yang diduga kuat berkaitan dengan kapasitas vektorial Ae. aegypti dan Ae. albopictus.
Data suhu (dan kelembaban) udara di suatu wilayah endemik DBD, merupakan salah satu database penting dalam sistem informasi DBD, atau sistem informasi geografis (SIG), karena informasi itu menyangkut aspek geografis.

DBD: Data Spasial dan Database SIG

Dalam hal spasial (keruangan), sebaran DBD bergantung kepada adanya nyamuk vektornya, dan adanya manusia sebagai inang virDen, yang viremik atau rentan terhadap infeksi dengan virDen.
Database SIG yang khusus menyangkut vektor Dengue, misalnya, bisa dikategorikan dalam: Dengue vector Info-base.

Studi Sebaran DBD: Misalnya akan dilakukan di DIY

Studi epid DBD secara khusus untuk memahami sebaran spasialnya, diperlukan data makroepidemiologis sebagai data digital, data satelit dan GPS yang diintegrasikan ke dalam database SIG.
Data yang diperlukan meliputi: (1) inderaja digital, (2) NDVI, (3) data perbatasan kabupaten yang didigitalkan, (4) data kasus DBD tiap kabupaten, (5) data kependudukan, dan (6) insidensi DBD per 100 ribu penduduk.

Penjelasan:
1) Data digital inderaja diperoleh dengan satelit, misalnya satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) yang menggunakan kelengkapan alat AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer).

2)Data NDVI (Normalized Difference Vegetation Index). Ini merupakan transformasi data dari visible channel dan infra-red channel, yang diperoleh dengan satelit NOAA. NDVI terbukti berkorelasi tinggi dengan green-leaf biomass dan mewakili kapasitas fotosintetik dari wilayah (area) yang diukur.
Data NDVI yang diperhitungkan pada tempat-tempat yang dituju pada rangkaian waktu (tanggal). Misalnya: Agustus 2005 sampai Juli 2006.
Data NDVI dari bermacam-macam tanggal pengukuran kemudian disusun dengan memilih NDVI mana yang tertinggi untuk tiap lokasi (desa). Data ini kemudian dipakai dalam pembuatan thematic raster base map yang menunjukkan insidensi DBD per kabupaten. Raster map ditunjukkan dengan latitude/altitude coordinate system.
Data NDVI juga untuk menghitung forest cover di tiap kabupaten dengan menggunakan metode klasifikasi, misalnya untuk memetakan vektor dan forest cover.

3) Data perbatasan kabupaten didigitalkan dengan menggunakan Map-Info software.

4) Data sebaran (%) kasus DBD di kabupaten-kabupaten diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Provinsi

5) Data kependudukan kabupaten diperoleh dari Dinas Kependudukan Kabupaten atau Provinsi.

6) Insidensi DBD diperhitungkan sebagai jumlah kasus baru yang dilaporkan per 100 ribu penduduk.

Data mikroepidemiologis untuk SIG

Ini meliputi data di tingkat desa (unit studi terkecil), yaitu adanya kasus DBD tiap desa (misal ditetapkan 3 desa), dan letak (posisi) rumah di masing-masing desa.
Untuk pemetaan, posisi rumah ditetapkan dengan alat GPS, misalnya: Trimble Geo-explores GPS) sebagai rover unit. Untuk base station digunakan alat lain, misalnya: Trimble Pathfinder Pro XL GPS instrument.
Kedua jenis data tersebut diintegrasikan secara simultan, misalnya dengan alat Trimble software.

ANALISIS STATISTIK

Data yang terkumpulkan dianalis dengan analisis regressi antara insidensi DBD dan persen forest area (forest cover) dihitung dengan program SPSS.

Kerangka Kerja Aplikasi SIG untuk Pemantauan Vektor DBD

SIG adalah kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang dapat digunakan untuk keperluan input, menyimpan, mengolah atau menganalisis, menampilkan hasilnya (output) data geografis yang terkumpul dalam bentuk database geografis.

Data Geografis

Data geografis merupakan basis operasi
SIG. Fungsi dan efisiensi oprasional SIG sangat bergantung pada data geografis yang rinci dan akurat.
Database geografis terdiri dari dua tipe:
Grafik (peta) yang merupakan catatan koordinat dan hubungan spasial antar lokasi pada peta; gambar polygon, misalnya mewakili data wilayah dengan insidensi DBD yang tinggi dan hubungan spasialnya dengan lokasi lain yang endemik atau non-endemik DBD;
Alfa-numerik (atribut) merupakan catatan atribut (hal apa) yang menyangkut suatu hal; atribut suatu parsel, bentuk polygon atau yang lain, misalnya menggambarkan pemukiman penduduk, besarnya lahan kosong, tempat perkembangbiakan nyamuk, dsb.
Pada umumnya, suatu SIG menggunakan database management system (DBMS) untuk penyimpanan dan manajemen informasi atribut.
Untuk sejumlah struktur database tersedia, misalnya jejaring, ada hubungan antar data yang dianalisis dengan SIG, dan hubungan yang sifatnya hirarkial antar kelompok data SIG yang lain.
Produk khas program komputer yang sifatnya relational adalah dBase dan ARC/INFO.

Produk SIG

Produk SIG sebagai output hasil analsis adalah Peta tematik digital. Ini adalah peta yang telah diformat digital yang mudah terbaca pada monitor komputer.
Keunggulan peta produk SIG, dibandingkan dengan peta produk kerja tradisional, adalah:
1. mudah perawatan / pemeliharaannya;
2. mudah penyimpanan dan penayangan /
reproduksinya, karena disimpan dalam hard-
disc komputer;
3. memudahkan overlaying beberapa peta yang berbeda
skalanya;
4. tidak ada beban untuk mengupdate setiap waktu.

TOPOLOGI
Topologi adalah teknik matematis untuk mencatat hubungan spasial dari unsur-unsur geografis, yang dapat berupa titik, garis atau area.
Titik  untuk menunjukkan lokasi suatu struktur bangunan geografis kecil.
Garis  untuk menunjukkan unsur geografis yang tidak begitu penting, misalnya jalan dan sungai.
Area  dalam bentuk poligon tertutup yang menunjukkan suatu lokasi atau hal yang sifatnya homogen.

Kegunaan Topologi

Topologi sangat bermanfat dalam SIG
karena:
1. Ruangan untuk penyimpanan data berkurang dan prosesing SIG sangat efisien;
2. Tugas-tugas seperti analisis jejaring atau map overlaying dapat dilaksanakan lebih efisien

Tiga Konsep Dasar Topologi

1. Connectivity: arc-node topologi menentukan hubungan antara nodus dan area. Titik-titik antara nodus disebut vertices, menentukan bentuk suatu arcus. Ujung arcus disebut nodus. Bermacam arcus berhubungan pada nodus.
2. Penentuan polligon: poligon adalah rangkaian dari arcus.
3. Contiguity: suatu arcus ditentukan oleh dua nodi, dari-nodus dan ke-nodus. Tiap arcus mempunyai jurusan (arah). Contiguity adalah penentuan topologi kanan-kiri dari suatu arcus. Poligon yang terletak di kanan dan kiri suatu arcus dicatat untuk tiap arcus.

Pada ARC/INFO tiga basik konsep untuk membangun topologi adalah:
1. Spatial manipulation: perhitungan panjang, area atau perimeter, konversi kordinat, dan analisis proksimal,
2. Spatial analysis: polygon overlay, dan konstruksi buffer atau koridor;
3. Digital terrain analysis: seperti perhitungan slope, analisis aspek, konstruksi 4. kontour atau analisis waktu-jarak;
5. Network analysis: meliputi seleksi route optimal, dan analisis waktu-jarak.

Kerangka Sistem Pemantauan Vektor DBD

Karena kebanyakan data vektor DBD terkait
dengan distribusi geografis, konsep dan perangkat lunak SIG digunakan sebagai basis untuk membangun kerangka sistem pemantauan.
Database relasional untuk pemantauan vektor DBD dibuat untuk:
1. pemantauan peningkatan densitas vektor;
2. memahami distribusi habitat larva Aedes;
3. pelaksanaan pemberantasan DBD;
4. supervisi kasus-kasus DBD;
5. mendukung penyelidikan dan pengambilan
keputusan pemerintah dalam penetapan KLB DBD;

Database Geografis DBD

Database meliputi dua peta yang dapat
dioverlay:
Peta jalan-jalan, dan
Peta tanah kosong, tanpa hunian.
Data geogarfis itu dapat diperoleh dengan foto-udara atau satelit yang dibuat digital, atau lewat Google Earth.
Data atributnya meliputi nama jalan-jalan, nama kampung, panjang jalan, dsb.
Data yang menunjukkan atribut lain juga disimpan, misalnya: densitas vektor, insidensi kasus DBD, tempat perkembangbiakan vektor, sebaran kasus DBD, dsb.
Untuk oprasional SIG, kita dapat gunakan PC ARC/INFO.
Suatu prototip Sistem Pemantauan Vektor DBD dapat dibuat.

Manajemen Database

Atribut gambaran geografis dipertahankan dalam database relasional.
Manajemen database dalam PC ARC/INFO adalah dBase.
Juga sistem informasi yang digital, yang menyangkut vektor DBD, disimpan dalam satu sistem.
Untuk itu dibuat menu-driven data management system untuk manipulasi data.
Untuk kerja rutin data management dapat dibuka lewat menu DATABASE.

Interfacing dengan program eksternal

Untuk keperluan analisis, modeling dan peramalan KLB DBD, beberapa program eksternal seperti program statistik (SPSS) di luar SIG dapat digunakan. Hubungan antar program komputer dalam hal perhitungan statistik ini dapat dilaksanakan, misalnya antara PC ARC/INFO dan Aplikasi DOS.
Setelah selesai perhitungan statistik, dll, aplikasi DOS diakhiri, control kemudian kembali ke SIG lagi, dan data hasil perhitungan itu disimpan.

3 komentar:

  1. Sangat keren sekali dimana SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS: APLIKASINYA UNTUK STUDI EPIDEMIOLOGI DAN PEMANTAUAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE
    Dan sangat jelas sekali alat ukur yang memahami gambaran geografis seperti peta jalan-jalan dan peta hunian kosong,karena data geografis di dapatkan dari satelit yang di buat secara digital dan google earth.dan bagi saya sangat membantu sekali materi ini,untuk lingkungan kita.
    Terima kasih banyakkk

    Oh iya jangan lupa kunjungi
    Website saya https://sites.google.com/mahasiswa.atmaluhur.ac.id/errykurniawan/beranda
    Dan website kampus saya
    http://www.atmaluhur.ac.id/

    BalasHapus
  2. terima kasih atas infonya...materi sangat penting SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS: APLIKASINYA UNTUK STUDI EPIDEMIOLOGI DAN PEMANTAUAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE.materi sangat bermanfaat bagi pengetahuan dengan pemantauan demam berdarah oiya jangan lupa ya

    kunjungin website saya
    https://ahmadrizalfahlepii.mahasiswa.atmaluhur.ac.id/ dan website Kampus saya
    http://www.atmaluhur.ac.id

    BalasHapus
  3. Terimakasih atas informasi nya kak, aplikasi nya sangat keren, terdapat penjelasan juga mengenai aplikasi tersebut.

    Kunjungi website saya : https://mhardt.mahasiswa.atmaluhur.ac.id/
    dan website kampus saya juga : http://www.atmaluhur.ac.id/

    BalasHapus